CERPEN : "Janji Kakek (bagian 1)"




  
 
"Lalu, apa yang membuat kakek tetap berjuang waktu itu?" Pertanyaan ku membuat dua orang kakakku menatapku. Termasuk kakek yang awalnya mengusap mendali kebanggaannya itu.
"Apa aku harus mengulangkannya lagi kepadamu?" Kakek tersenyum, mengalungkan mendali itu kepadaku. Aku mengangguk. Mengamati mendali kebanggaan kakek ku. Kami duduk menghadap kakek. Berantusias akan mendengar cerita dari kakek. Kakek akan mengulang ceritanya. Kali ini, aku akan bersungguh-sungguh mendengar cerita kakek. Sebelum mengulang kembali ceritanya, kakek menuangkan kopi hitam di gelas itu kepada piring tadahan, meniupnya, lantas menyeruput kopi tersebut.
Lalu, kakek mulai kembali menceritakan kisahnya.

***

 "Saat itu, aku berumur lima tahun. Seharusnya, masa itu, waktu untuk bermain bagi anak seusiaku. Namu, penjajajhan merubah segalanya. Aku saat itu tidak menegerti apa yang terjadi. Yang aku tau, setiap hari, aku melihat orang tua ku disiksa oleh mereka. Para pemuda terluka, dan aku selalu mendengar bunyi ledakan dimana-mana. Hingga akhirknya aku berumur sembilan tahun tahun, aku memasuki Sekolah Rakyat. Yang sekarang kita sebut dengan Sekolah Dasar. Umur sembilan tahun tergolong tua untuk memasuki Sekolah Dasar saat ini. Namun, pada waktu itu, sudah belajar di Sekolah Rakyat saja, rasanya sudah sangat membanggakan. Mengapa?" Kakek menggantungkan kalimatnya, lalu memandang kami, sembari berkata, "Karena banyak orang yang tidak mengecap pendidikan saat itu. Aku termasuk orang yang beruntung, karena setidaknya, aku bisa merasakan sekolah. Aku mengenal dunia, hingga aku mengetahui apa yg terjadi di negaraku. Ternyata, negaraku dijajah oleh orang yang awalnya bersikap baik kepada penduduk pribumi, lalu lama kelamaan, mereka menguasai semuanya. Aku sangat marah saat itu. Aku ingin menghancurkan mereka. Namun, apa daya aku hanya anak kecil berumur sembilan tahun. Lalu, tekadku mulai kuat. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan melawan mereka semua.  Saat itu, aku sangat sedih dan ketakutan menyaksikan kekerasa dimana-mana. Orang yg menolak perintah mereka, disiksa. Orang yang kukuh mempertahankan tanahnya agar tidak diambil penjajah, disiksa. Termasuk kedua orang tuaku."


"Apa nenek buyut saat itu juga berani melawan penjajah, kek?" Kak Andra, kakak tertuaku bertanya.


"Tentu. Bukan hanya nenek buyut kalian, tapi banyak pemuda, orang tua, dan pejabat melawan mereka. Mereka terlalu kuat. Dan tibalah tanggal 17 Agustus 1945, tepat di tanggal itu, umurku genap 17 tahun. Hadiah terindah yang pernah aku dapatkan adalah, terdengar kabar, bahwa negara kita telah merdeka. Aku tidak percaya awalnya. tetapi, karena saat itu, diulang kembali suara Sokarno membacakan proklamasi, aku telah mempercayainya. Negaraku telah merdeka. Aku sangat bahagia. Namun, kebahagiaanku seketika sirna setelah mendengar suatu kabat. Apa kalian tau kabar apa itu?"
.
Bersambung
.
terimakasih telah membaca..
Btw, kalian bisa baca cerita aku di wattpad juga, lho.. judulnya "Stories with Rain".
😊
yg nggak punya wattpad jangan risau, aku punya link nya :
http://my.w.tt/UiNb/Hu6YVPZlvG

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses Pembentukan Urin

sistem pencernaan manusia - biologi